Aku Menulis, maka Aku Bahagia!

Source: m.kompasiana.com

“Menulislah dengan sangat bebas tanpa memedulikan struktur kalimat dan tata bahasa. Niscaya Anda akan terbebaskan dari segala deraan batin”. (Dr. James W. Pennebaker)

***

Perempuan. Kuliah. Doable degree. Skripsi. Ancaman DO. Nikah. Punya anak. Terpaksa jauh dari anak. Ditinggal lulus teman. Mahasiswa Abadi. Gak berpenghasilan.

Sesek. Itu yang aku rasain beberapa hari belakangan. Aku “dipaksa” menyelesaikan skripsiku di Unpad Agustus ini. Pasalnya September nanti, aku harus kembali menjalani jadwal kuliah yang cukup padat di UPI. Artinya aku hanya punya waktu kurang dari satu bulan.



Tak hanya itu, aku terpaksa harus jauh dari putri sematawayangku, satu2nya penghiburku. Suami dan keluargaku pikir ini dapat membantuku menyelesaikan skripsi dengan cepat. Lagipula, kata mereka, itung-itung nyenengin mbah putri dan mbah kakungnya di pati sana.

Aku stress. Tapi aku tahu aku nggak boleh larut dengan stress- ini. Ini pilihanku, dan tak sepantasnya aku mengeluhkan hal ini. Aku pun mulai mencari cara untuk mengobati stressku. Mencari motivasi ekternal yang dapat membangkitkan semangatku karena ternyata motivasi internal tak cukup kuat untuk itu.

Aku pun ingat quote yang mengatakan kalo menulis dapat mengurangi beban pikiran kita. Membantu kita melepaskan beban hidup, dan pada akhirnya membuat bahagia.

Bismillah, aku mencoba untuk kembali menulis. Aku mulai dengan membuat blog baru.

Yang aku ingat, ini adalah blog ke lima ku. Tak apa lah. Aku ingin baru semuanya, tulisannya, juga sitenya.
Dan… ttara….. it works. Setelah menulis di site ku yang baru dan mempublikasikannya (meski belum tentu ada yang baca) aku merasa lebih… ringan. Aku juga merasa lebih ceria dan lebih sering tersenyum seperti dulu…. Hmmm….. good for me.

Aku menulis semua hal yang ingin aku tulis, mungkin bukan hal yang penting, tapi bukan itu intinya. Intinya adalah…

aku menulis, dan aku bahagia. (mee)***