Sabtu, 04 Agustus 2012

Saya hanya... Malu!


Source: /encrypted-tbn3.gstatic.com
“Astagfirullahaladzim…”, perasaan saya campur aduk saat mengetahui sebuah tulisan tentang saya, bertengger di site, yang entah punya siapa.

 Adalah Ken Andari, salah satu sahabat, yang menulisnya. Saat tahu ia memuat tulisan itu dalam blog pribadinya, jujur saya sedikit tersanjung. Meski begitu, tersuat rasa malu yang besar. Saya tidak setangguh apa yang digambarkannya.


Hari ini, saat saya mulai kembali menikmati bergumul dengan blog, iseng-iseng saya mengetik nama di Google untuk mencari tahu apakah blog baru saya ini sudah terlacak. Saya terkejut saat mendapati tulisan teman saya itu ada di site yang entah punya siapa. Yang jelas site itu bertajuk "this is gender".
Tidak, saya sama sekali tidak keberatan. Saya hanya…. malu.  Begitu hebatnya saya dalam tulisan itu, hingga tulisan itu dirasa layak untuk disebarkan.

Saya makin malu saat membaca kata pengantar tulisan itu:

Kisah ini ditulis oleh seorang muslimah yang menjadi saksi sejarah akan dua sahabatnya yang mengemban dua tugas yang tidak biasa. Dimana tanpa memerlukan kesetaraan gender, mereka tetap menjadi muslimah yang hebat. Tidak hanya di mata orang-orang terdekatnya tapi juga di mata Tuhannya.

Ya, Allah, saya malu. Benar-benar malu. Saya tak pantas mendapat pujian itu, saya masih jauh dari apa yang digambarkan dalam tulisan itu. 

Saya memang bukan orang yang bisa dengan mudah berkeluh kesah pada sahabat atau keluarga. Mungkin itu yang menyebabkan pandangan orang tentang saya positif. 

Sila, tanyalah suami saya. Tanyakanlah  seberapa sering saya berkeluh kesah, seberapa sering saya menangis, seberapa sering saya berteriak marah-marah tidak jelas. Ya, tanyalah suami saya, tempat semua isi hati saya tercurah. saya masih jauuuhhhh dari kata hebat, belum ada setitiknya.

Mungkin inilah alasan Allah, memberi saya suami saat saya masih menjalani kuliah di dua universitas. Sebelum menikah, semuanya terpendam, meski ingin sekali sebenarnya untuk dilampiaskan. Saat muncul masalah yang cukup berat yang membuat semua nilai saya di kampus merosot, Tuhan mengirim orang yang paling cocok dan paling baik untuk saya, sebelum saya benar-benar depresi. fabiayiallaairobbikumaatukadziban.


Saya bersyukur bila ada orang yang terinspirasi dengan tulisan itu. Saya bersyukur bila tulisan itu dapat mengubah seseorang. Saya hanya.. malu. 

Melihat saya beberapa waktu lalu, yang sempat kehilangan motivasi. Meski kini mulai mencoba bangkit kembali mengumpulkan serpihan semangat yang tersisa.  (cielllaaaaa!)

Ya, saya malu. Tapi saya ucapkan banyak terima kasih pada penulis dan penyebar kisah itu. Karena saat ini, saat saya mulai berproses untuk bangkit, saya mendapat tambahan alasan  mengapa saya harus  berubah menjadi orang yang lebih baik. Tulisan itu.


_rachmi nurhanifah_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar