Sabtu, 04 Agustus 2012
ANALISIS FILM “THE LAST DEBATE”
Film ini diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama karya James Lehrer. Buku ini menceritakan bagaimana media atau pers dapat bertindak atau berperan sebagai anjing penjaga bagi pemerintahan. Hal ini diperlihatkan saat empat jurnalis dari media diutus menjadi moderator dan panelis dalam debat presiden yang biasa dilakukan sebelum pemilu presiden Amerika.
Beberapa hari sebelum dilangsungkan debat, moderator diberitahu rahasia tentang salah satu kandidat yang memang tidak disukai pihak pers. Pers beranggapan bahwa kandidat tersebut berpotensi menghancurkan negara.
Dalam film tersebut diperlihatkan bagaimana seorang ....
jurnalis mengalami dilema antara menyebarkan berita yang belum cukup bukti tapi berpotensi menggemparkan publik, atau tidak menyebarkan apapun tentang isu belum jelas yang diterimanya yang tentu saja tidak akan mendatangkan apapun baginya dan bagi publik.
Saya belum banyak berpengalaman sebagai jurnalis, tetapi saya yakin masalah ini seringkali terjadi dalam dunia jurnalisme. Bagaimana kita sangat menginginkan masyarakat atau setidaknya atasan, mengakui kita sebagai pencari berita yang hebat.
Memang, Pers memiliki tanggung jawab pada masyarakat. Pers adalah lembaga yang dipercayai menjadi wakil masyarakat untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Segala hal yang dirasa pers perlu diketahui masyarakat perlu diberitakan. Apakah itu menyangkut politik, pendidikan, social, bahkan hiburan.
Namun, melembaganya pers dalam suatu perusahaan yang bersifat komersil, menyebabkan, terkadang ia tak murni memegang prinsip tersebut. Terkadang jurnalis mencari berita bukan karena ingin memenuhi rasa ingin tahu khalayak, tetapi memanfaatkan khalayak untuk mendapatkan ‘komisi’. Semakin banyak masyarakat tertarik, membaca/mendengar/menonton, bisa jadi semakin banyak pula iklan yang masuk. Artinya, semakin makmurlah mereka.
Hal-hal yang terkadang menyentuh bahkan menyinggung rasa kemanusiaan kita dijadikan komoditas media. Bahkan masyarakat pun dijadikan alat untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya.
Dengan tujuan keuntungan ini, media tentu harus berlomba-lomba mencari berita yang disukai masyarakat. Tidak bisa dipungkiri, masyarakat biasanya suka dengan hal-hal heboh nan menggemparkan. Itu pula yang dicari media untuk dijadikan berita.
Lebih-lebih, dewasa ini, jumlah media tak dapat lagi dihitung dengan jari di dua tangan kita. Artinya, persaingan media cukup ketat. Media mana yang mampu menginformasikan berita dan mengemasnya semenarik mungkin, media itulah yang kemungkinan besar diincar masyarakat. Dan pengiklan. Tentu saja.
Akhirnya, berita tentang aib tokoh yang dikenal masyarakat pun seringkali menjadi incaran masyarakat.
Tidak bisa dipungkiri, masyarakat tertarik dengan berita yang menyangkut orang terkenal, lebih-lebih bila berita tersebut mengait-kaitkannya dengan kejahatan orang terkenal tersebut yang merugikan masyarakat banyak.
Namun, bagaimanapun, seorang jurnalis seharusnya tetap mendasarkan sesuatu atas fakta. Bukan jurnalis bila menyebarkan berita tidak sesuai fakta. Fakta yang diperoleh pun tidak bisa sembarangan diperoleh, lebih-lebih bila menyangkut aib seseorang.
Menurut saya, jurnalis butuh dari sekedar pernyataan seseorang. Semakin banyak sumber yang kita hadirkan, semakin kredibel.
Film ini memberikan pandangan pada kita bagaimana kondisi dunia jurnalisme saat ini.**
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar