Senin, 13 Agustus 2012

Karena Saya Awam


Bila kalian mengakui aku sebagai pemimpin kalian, maka kalian harus mengakui Ali sebagai penggantiku”, wasiat Rosulullah sembari memegang tangan Ali dihadapan  umatnya, di Ghaidir Khum.
 ***
Kutipan perkataan Rosulullah ini aku dapat dari sebuah komik berjudul “Haji Wada” yang sempat menjadi teman setiaku saat SD. Rasanya ini adalah komik pertama yang aku punya. Sayangnya, saat aku cari-cari lagi tadi pagi, komiknya udah gak ada. Entah sembunyi dimana. 

Minggu, 12 Agustus 2012

Nostalgia Dari Sebuah Buku



source: paskrimo.blogspot.com
Walaah, ieu mah buku geus heubeul pisan. Jaman bapak SD kelas 3. Wararaas euy…”, komentar bapakku saat melihat sebuah buku berjudul Taman Pamekar jilid II  karya Samsudi dan A.Sanusi tergeletak di atas meja ruang tengah.

Buku terbitan tahun 1956 ini, tampak lusuh termakan waktu.  Lembaran-lembaran kertasnya berwarna kuning kusam. Tampaknya warna itu memang bukan warna aslinya. Beberapa bagian dari covernya yang hampir terlepas itu sobek di sana sini. Meski begitu, buku ini masih sangat layak untuk dibaca. Semua bagiannya masih lengkap.

Minggu, 05 Agustus 2012

Aku Menulis, maka Aku Bahagia!


Source: m.kompasiana.com
“Menulislah dengan sangat bebas tanpa memedulikan struktur kalimat dan tata bahasa. Niscaya Anda akan terbebaskan dari segala deraan batin”. (Dr. James W. Pennebaker)

***

Perempuan. Kuliah. Doable degree. Skripsi. Ancaman DO. Nikah. Punya anak. Terpaksa jauh dari anak. Ditinggal lulus teman. Mahasiswa Abadi. Gak berpenghasilan.

Sesek. Itu yang aku rasain beberapa hari belakangan. Aku “dipaksa” menyelesaikan skripsiku di Unpad Agustus ini. Pasalnya September nanti, aku harus kembali menjalani jadwal kuliah yang cukup padat di UPI. Artinya aku hanya punya waktu kurang dari satu bulan.

Sabtu, 04 Agustus 2012

Saya hanya... Malu!


Source: /encrypted-tbn3.gstatic.com
“Astagfirullahaladzim…”, perasaan saya campur aduk saat mengetahui sebuah tulisan tentang saya, bertengger di site, yang entah punya siapa.

 Adalah Ken Andari, salah satu sahabat, yang menulisnya. Saat tahu ia memuat tulisan itu dalam blog pribadinya, jujur saya sedikit tersanjung. Meski begitu, tersuat rasa malu yang besar. Saya tidak setangguh apa yang digambarkannya.

PENDAPAT: ANTARA TEORI DAN COMMON SENSE



“Ah teori”. Begitu kira-kira salah satu ungkapan yang cukup terkenal dari sebuah iklan shampo beberapa tahun silam. Ungkapan itu diucapkan dengan paralinguistik yang menunjukan seolah-olah ‘teori’ itu kurang begitu penting, yang penting adalah faktanya. Apapun teorinya yang jelas shampo itu bisa menghilangkan ketombe. Begitu kira-kira pesan yang ditangkap dari iklan tersebut. Lantas, apa sebenarnya teori? Apa hubungannya dengan pendapat umum (common sense)?.

(Wikipedia) Teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda, tergantung pada metodologi dan konteks diskusi.

ANALISIS FILM “THE LAST DEBATE”




Film ini diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama karya James Lehrer. Buku ini menceritakan bagaimana media atau pers dapat bertindak atau berperan sebagai anjing penjaga bagi pemerintahan. Hal ini diperlihatkan saat empat jurnalis dari media diutus menjadi moderator dan panelis dalam debat presiden yang biasa dilakukan sebelum pemilu presiden Amerika.

Beberapa hari sebelum dilangsungkan debat, moderator diberitahu rahasia tentang salah satu kandidat yang memang tidak disukai pihak pers. Pers beranggapan bahwa kandidat tersebut berpotensi menghancurkan negara.

Dalam film tersebut diperlihatkan bagaimana seorang ....

Pupuh Raehan Munculkan Semangat Baru Belajar Pupuh

”AYA warung sisi jalan
rame pisan Citameng,
awewena luas luis
geulis pisan ngagoreng,
lalakina lalakina los ka pipir
nyoo monyet nyangereng”

Demikian sebuah pupuh yang secara bergantian dilantunkan ratusan siswa dari 22 sekolah dasar, peserta pasanggiri pupuh tingkat Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya.


Lirik tersebut bisa jadi sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Sunda, terutama para pecinta seni daerah. Ya, kata-kata tersebut adalah lirik dari pupuh balakbak. Namun, ada yang berbeda dari cara pupuh tersebut dibawakan. Biasanya pupuh dibawakan solo dan diiringi kecapi dengan ketukan yang tidak teratur.

Penggalan kisah denganmu, Suamiku!

“Jangan anggap perlakuan mas ini sebagai pengorbanan. Pengorbanan itu kesannya negatif, ah. Mas seneng kok bisa nganter- jemput sa kalo mas ada waktu. Mas gak merasa ngorbanin apapun.” Suamiku mencoba memberiku penjelasan.
       Suatu saat, dalam obrolan santai di kosan kami, iseng-iseng aku mengajukan pertanyaan. Pertanyaan menguji sebetulnya. Biasalah, mencari-cari perhatian.
       “Mas, emang mas gak apa-apa gitu sering nganter jemput ami ke UPI padahal kan jauh.. ngabisin waktu… emang mas gak merasa terganggu? Mas teh meni rela berkorban, hehehe…..”